Senin, 28 Mei 2012

Kamu dan Edelwis



Tuhanlah yang menggariskan semua, menentukan jalan kita dan menentukan siapa yang akan menggenggam tangan kita. dan edelwis sebagai saksinya. 



"Kalo kamu kerja nanti, kamu harus punya skype" 
"Untuk apa sayang? bukankah telpon sudah cukup?" ujarnya santai
"Aku pasti bakal kangen setengah mati kalo LDR gitu" timpalku dengan nada manja
"iyaaa sayang, besok aku bikin deh"
"Kan pasti kamu kerja duluan, jadi aku bakal ditinggal di sini"
"Aminnnn. Iya aku besok bakal bikin kok" ucapnya dengan nada lembut sambil memelukku

Aku masih tak percaya sosok ini sekarang dengan erat menggenggam tanganku. Mengecup pipiku serta memelukku dengan begitu hangat. Badannya yang kurus cukup lebar untuk memelukku dari belakang. Sesekali kecupan mendarat di pipiku "Yank apaan sih, nyium pipi terus" kataku tersipu malu. "Nggak boleh? aku suka pipi tembemmu". Walaupun ejekannya soal pipi tembemku selalu mendarat di telingaku, tapi aku tak marah karena bagiku itu tanda cintanya padaku.

Tak ada yang lebih indah dari yang Tuhan berikan saat ini. Aku begitu mencintainya dan aku rasa dia juga merasakan hal yang sama. Aku tak pernah main-main soal hati, bagiku mencintai hanya pada satu hati. Ya, aku setia padanya dan tak aku pedulikan selain dia. Aku selalu bercerita soal siapa yang mengirim pesan singkat untukku atau sesekali mengirim bbm padaku. Komitmen aku dengannya yang membuat semua aku rasa mudah untuk melewati penghalang di depan kami.

Aku begitu senang membawanya pada lingkungan pergaulanku. Mengenalkan pada teman-temanku bahwa dia pacarku. Aku suka caranya masuk dalam lingkunganku. Mama, kakak serta teman-temanku yang welcome padanya. Tidak ada masalah soal restu. Saat usiaku menginjak 20 tahun dia berikan bunga edelwis yang menjadi lambang sebuah cinta abadi. Semoga seperti mitosnya, bunga ini akan membawaku dan dia dalam cinta yang abadi. 

Aku merasakan kebahagiaan yang luar biasa padanya. Aku suka caranya mendewasakan aku. Aku suka caranya memberi pengertian kecil padaku. Aku juga suka caranya memanjakan aku. Bagiku saat itu tak ada yang lenih indah selain senyum dan tawa manjanya. 

Aku tak pernah sedikitpun ingin tau soal masa lalunya, pada awalnya. Aku mencintai dia sekarang bukan dia yang dulu. Tapi bagaimana bisa saat sosok lainnya muncul dalam hubungan ini. Aku terluka karena satu sosok ini.

"Aku dihubungi mantanmu"
"Dia bilang apa?" ujarnya tegas padaku
"Kamu masih menghubunginya dan menyayanginya" kataku dengan hati yang berusaha tegar
"Aku udah gak sayang dia, yank. Sumpah demi Allah!!!" suaranya meninggi
"Tapi, dia terlihat berkata benar. Dia memintaku juga untuk mendampingimu. Bagaimana bisa dia setegar itu kalo dia berbohong?"
"aku kenal dia bertahun-tahun tak mungkin dia begitu. Dia masih beluk rela aku punya pacar" nadanya memelan dan berusaha meyakinkanku
"Aku gak percaya. Aku telpon dia sekarang"

Beberapa menit aku sempat berbincang dengan gadis ini. Dia tak mau ikut berbicara dengan gasis ini, tapi ntahlah kenapa dia menghindari untuk bicara saat itu. Tak terdengar gadis ini berdusta. Dia berucap sumpah demi Allah berulang kali. Aku yang berusaha tegar berbicara melalui telpon saat itu, hanya mampu melontarkan pertanyaan tanpa menyanggahnya sama sekali. Saat itu aku tau, gadis ini jujur.

"Aku bingung yank"
"Bingung kenapa?' matanya lembab dan berusaha memperhalus ucapnya
"aku bingung siapa yang benar dan siapa yang salah" aku mulai menahan tangisku saat itu
"Kalo kamu emang percaya dia silakan, yang jelas aku sayang dan nyaman sama kamu"
"Aku bingung. Apa salahku padanya, sampai aku dibuatnya begini?"
"Aku gak tau. kamu harusnya tanya sama dia" ucapnya dengan tegas
"Aku pulang yank" 
" Terus kita gimana?"
"Terserah kamu. Aku ngikut kamu"
"aku mau kita lanjut, kamu?"
"Okelah aku percaya kamu" uajrkau sambil lidahku yang bergetar menahan tangisku yanga akhirnya pecah juga saat itu

Aku masih memberinya kesempatan karena aku tau semua tak benar. Aku percaya padanya lebih dari sebelumnya. Ya saat itu begitu, saat itu. Hingga suatu ketika gadis itu menghubungiku lebih dari sebelumnya. Kata-kata yang terlontar darinya, foto-foto yang di tunjukkannya padaku waktu itu membuatku terluka. Bagaimana bisa dia yang seorang wanita melakukan hal seperti ini padaku yang notabene juga seorang wanita?

Waktu berjalan begitu saja. Aku yang mulai terbiasa dengan perlakuan gadis itu sudah tak ambil pusing karenanya. pekerjaan yang menumpuk di kampus membuatku lelah dan tak pernah memikirkan hal yang tak penting soal gadis itu dan pacarku dulu. Aku percaya, bahwa saat aku mencoba bertahan, aku pasti bisa membuatnya jatu cinta padaku seperti pada gadis itu, dulu. 

Beberapa bulan kemudian, dia pergi ke Lombok untuk liburan bersama teman-temannya. Aku tak bisa ikut karena aku sedang sibuk dengan proyek peluncuran novelku. Saat-saat tertentu, dia memberi kabar sedang apa dan diaman dia berada. Mengirimi aku foto-fotonya yang membuatku iri maksimal. Hingga satu hari kemudian  tiba-tiba  hpku bunyi dan sebuah mms dengan sebuah foto dan pesan di dalamnya aku terima "Halo wanita cantik. Aku lagi sama pacarmu nih, liburan di Lombok dengan pacarmu menyenangkan sekali :)" Seakan aku tak bisa berkata lagi, foto gadis itu dengan pacarku. Bagimana bisa dia lakukan ini padaku?

Hari iti juga aku meminta penjelasan panjang lebar soal  semuanya. Seperti biasa dia menyanggah. Setelah aku utarakan semuanya pada akhirnya, kamu ada dalam posisi memanas dan akhirnya dia mengakhiri hubungan kami saat itu juga.

"Aku lelah dengan semuanya. Kamu gak pernah percaya sama aku. Labih baik, kita sampai disini" ucapnya sambil menutup telpon setelahnya

Aku menangis saat itu juga, tapi aku tak bisa meyakinkannya untuk tetap disini, di sampingku. Ya aku kehilangan dia. Mungkin untuk selamanya.

Hari demi hari aku lalui dengan sangat berat. Seperti kehilangan sebuah sayap, aku berjalan tak seimbang. Aku bahkan tak tau jalan mana yang harus terus aku ikuti dan aku tempuh ke depan nanti. Beberapa sosok mengisi hari-hari, namun lagi-lagi aku tak dapatkan sosok yang mampu menggantikannya. Beberpaa bulan aku tak pernah menghubunginya lagi. Kami kehilangan kontak. Meski dalam kota yang sama, kami tak satu kampus. Berjumpa dengannya pun pasti hanya akan menjadi sebuah kebetulan.

Untuk waktu yang lama aku tak merasakannya lagi. Ciuman serta pelukan hangat darinya. Entah sampai kapan aku tak bisa melupakan betapa hangat peluknya serta aroma parfumnya yang manis.

Malam itu aku menikmati indahnya Pantai Kuta, Bali. Aku memejamkan mata dan berharap suatu hari nanti akan aku temukan jalan yang sama dengannya lagi. Meski di sudut ruang yang berbeda kami sekarang berada, aku berharap di jalan yang sama kami akan berjumpa. Aku menghirup dalam-dalam udara segar saat  itu dan membuka mata dengan perlahan. Aku ingat betapa Tuhan sudah membuatku senang beberapa hari di Bali. Begitu puas menikmati indahnya udara malam itu, aku bergegas menuju hotel. Saat sedang menikmati kelap kelip indahnya lamou jalan di sudut kota Bali, aku meihat sosok yang tak asing. Rambutnya yang ikal dan behel yang melingkar digiginya. Aku kenal sosok itu, dia Adam  ya lelaki yang beberapa bulan lalu membuatku tak mampu melupakannya . Muncul keraguan untukku menyapa saat itu dan akhirnya aku mengurungkan niat untuk tersenyum padanya dan membiarkannya asik  dengan temannya. Namun, saat sedang berjalan beberapa langkah ada suara yang memanggilku "Genduttttttttttt" 

Pernah dengar mitos soal bunga edelwis? Yang merupakan bunga abadi? Dan konon cinta seseorang akan abadi apabila pasangannya menghadiahkan bunga tersebut. Entah sebuah mitos atau bukan, yang jelas aku sangan menyukai bunga edelwis. Antara percaya atau tidak,setelah berpacaran kurang lebih 2 tahun kini aku sedang mempersiapkan pesta pertunanganku dengan Adam. Dua bulan lalu, Adam melamarku tepat saat usiaku 22 tahun. Kami memang belum membicarakan soal pernikahan, kami sepakat bertunangan terlebih untuk kemudian membiacarakan kelanjutan hubungan kami 2-3 tahun yang akan datang. Percaya dan tidak percaya dengan mitos edelwis, aku percaya Tuhanlah yang menggariskan semua, menentukan jalan kita dan menentukan siapa yang akan menggenggam tangan kita. dan edelwis sebagai saksinya. 



Kamu dan Edelwis :))






Tidak ada komentar:

Posting Komentar