Kamis, 01 Desember 2011

Perbedaan itu Ku Sebut, Cinta

"Suatu hari kita pasti bertemu, dalam rasa yang sama, waktu yang berbeda di kehidupan selanjutnya, namun dalam keyakinan yang sama"

Aku menyebutnya si manis, karena bagiku dia memang tampan. Kulitnya yang hitam eksotik serta bulunya yang lebat, dan tak lupa perwakannya yang gagah yang membuatku tak habis kepayang memikirkannya. Banyak orang yang mengira dia adalah orang timur. Bukan, dia bukan orang timur hanya saja kulitnya memang sedikit hitam, bukan karena sinar matahari juga, namun kurasa karena memang begitu kulitnya. 

Aku berjumpa dengannya hampir setiap hari, ya bagaimana tidak kami berada dalam satu jurusan walaupun berbeda angkatan. Aku angkatan 2011 sedangkan dia 2010, seniorku. Awalnya kukira mukanya yang sangar menunjukkan perilakunya yang tempramen tinggi. Tapi seketika pandanganku berubah ketika dia yang tersenyum manis padaku. MANIS !! itulah kata yang terngiang pertamakali di otakku. Sejak saat itu, kami yang terhubung dalam chat facebook saling bertukar nomor hp yang kemudian berlanjut pin bb. Dia yang awalnya bercerita tentang dirinya yang putus dari kekasihnya yang berbeda agama. Aku yang semula memang hanya menananggapinya sebagai teman, lama-kelamaan mulai tumbuh rasa-rasa simpati yang berlanjut dengan rasa suka. Kami mempunyai panggilan masing-masing dan memang hanya kami yang tahu. Sampai suatu hari dia menghilang entah kemana. Tak pernah lagi dia menyapaku di bbm atau bercerita tentang bahagaimana kisah nya dengan mantannya selanjutnya. 

Selama beberapa bulan aku yang awalnya menunggu bbmnya mulai terbiasa dengan dia yang menghilang. Sampai pada suatu hari dia kembali menyapaku dalam bbm singkatnya "lagi sibuk nggak?" jelas saja aku balas bbmnya dengan muka sumringah seperti dulu. Aku yang dekat kembali dengannya sesekali tersenyum malu ketika berjumpa di kampus. Saat itu salah seorang sahabatnya berkata bahwa dia menyukaiku dan bagaimana aku tak senang ketika aku juga memiliki rasa yang sama. Tapi semua berbeda, karena saat masa dia menghilang juga aku tengah dekat dengan sosok lainnya. Ya kami berbeda, dia yang setiap hari mendekap tangannya saat berdoa, sedangkan aku sujud dalam salat lima waktuku. Aku putuskan untuk hanya sebatas ini. Sama-sama tau kami pernah saling menyukai. Teringat salah satu katanya saat kami tau sama-sama tak bisa lebih dari teman "Suatu hari kita pasti bertemu, dalam rasa yang sama, waktu yang berbeda di kehidupan selanjutnya, namun dalam keyakinan yang sama" Aku menunduk dan hanya tersenyum saat dia katakan itu padaku.

Perbedaan itu Ku Sebut, Cinta