Rabu, 13 Juni 2012

Tuhan, apa itu cahaya?

Tuhan, apa itu cahaya?

Memasuki celah labirin yang tak pernah terlihat ujungnya memanglah sangat berat. Saya berusaha berjalan maju dan belum menemukan jalan terang pengiring rindu. Ada kalanya saya berputar-putar dalam lorong yang sama atau terkadang saya memasuki jalan baru yang sungguh asing bagi saya. Tak ada yang mau berjalan jauh dan harus menemukan kenyataan, berada di tempat yang sama. Siapa yang berani mengatakan saya tak pernah mau berjalan ke depan? SAYA SELALU BERUSAHA BERJALAN KE DEPAN TANPA MENENGOK KE BELAKANG !! Tapi apa? ketika labirin ini serasa semu, saya lagi-lagi menengok ke belakang dan lagi dan lagi. Pernah saya tersenyum dan mengangkat asa baru ketika ada setitik cahaya diujung labirin, tapi pada kenyataannya cahaya itu adalah API yang membakar saya.

Apa yang mau saya cari? Pernah lelah menjadi sosok yang setia? Ya saya sempat merasakannya. Pernah merasa ingin mempermainkan cinta? Ya saya sempat merasakannya setelah API membakar saya. Namun lagi dan lagi air memadamkannya. Setiap setan berbicara bahwa labirin ini tak akan pernah ada jalan keluarnya, malaikat selalu berkata bahwa akan ada cahaya yang menghampirimu dan membawamu dari labirin yang kau anggap semu. Terkadang lelah memang berjalan dalam labirin ini dan tak pernah menemukan  sebuah cahaya.

Hanya tertawa dan merasa iba? Saya tak butuh hal semacam itu. Saya masih sanggup berdiri. Tak pernah merasakan jadi saya, tak pernah . Saya tak butuh sebuah solusi yang unjung-ujungnya hanya ingin memindahkan saya pada labirin baru. Yang saya butuhkan, mendoakan saya mendapat cahaya nyata di ujung labirin ini.

Saya selalu tersenyum ketika ada KALIAN lampu dalam kegelapan. Mengapa saya sebut kalian adalah lampu? Kalian yang selalu merasakan sedih saya, sakit saya, dan kalian yang berusaha membawa saya dalam kegembiraan nyata. Dalam sekat labirin ini, kalian memeberi cahaya agar saya dapat melihat sebuah cahaya di ujung labirin. Apa yang saya cari lagi?? Ya saya memiliki KALIAN, tapi ada sisi kosong yang harus terisi sebelum saya merajut sebuah mimpi. 

Entahlah, sampai kapan saya akan ada dalam labirin yang melelahkan ini. Ingin secepatnya saya temukan jalan keluar. Ya saya lelah dengan semuanya, lelah dan sangat lelah. Bolehkah saya sejenak istirahat dan tertidur di sini? Hingga suatu hari nanti saya terbangun dan menemukan saya makhluk terakhir yang masih hidup disini?

Senin, 11 Juni 2012

Inilah Caraku

Ada yang berbeda dari aku atau kamu
Ada yang tak sama antar kita sekarang
Ada yang menggeliat pergi
Ada yang tak mampu dipertahankan lagi

Aku bermimpi soal kembali
Kamu bermimpi soal tetap pergi
Tak akan ada jalan temu disini
Baik aku atau kamu, mungkin tak akan kembali

Sadari atau tidak, aku dan dia memang berbed
Namun, kinipun aku masih paham betul
Soal dia yang masih tak bisa digeser oleh siapapun
Termasuk aku baik dulu maupun sekarang

Tidak, aku tak akan berharap lagi soal kembali
Meski aku tau betul hati ini tak begitu
Namun, aku yang aku sadar adalah soal jarak
Jarak hatimu dan hatiku

Hanya soal waktu aku pergi
Aku hanya ingin melihat kamu memilih jalanmu
Karena aku tau aku tak akan jadi pilihan hatimu
Setelah kamu tentukan semua, aku tak akan ada
Aku benar-benar akan pergi
Ya begitulah caraku menyayangimu
Melihatmu bahagia dari kejauhan
Mudah bukan jadi aku? Mudah dan sebenarnya tak pernah mudah....




Rabu, 06 Juni 2012

Surat klasik untuk, sang surya


Hari ini aku menemukanmu dalam sekat malam yang tak terjamah. Jika jendela terbuka, aku dapat menemukanmu dalam kesunyian yang tak tersorot kamera. Bulan memancarkan keindahan malam, bintang bertaburan menghiasi malam dan ada secuil pengharapan dari sisa perjuangan. Hari ini aku membaca kembali memori yang tak pernah ada dalam benakmu, mungkin.

Suatu sore aku sempat memutar kembali lagu-lagu kita dulu. Ada setetes air mata yang tiba-tiba membasahi pipi. Hanya setetes, tenang hanya setetes. Dalam memori yang mulai aku tengok kembali, ada sepenggal kata yang tak bisa aku ungkapkan. Aku membaca kembali memori hp ku kala itu. Kutemukan chat kita dulu, ya dulu yang masih tersimpan disana. Tetesan air mata kembali ada, ya tetesan kedua. Lalu aku beranikan membuka satu persatu foto kita masa itu. Kali ini tetesan bukan tetesan air mata ketiga yang ada, namun aku tak henti-hentinya meneteskan air mata, hingga aku tak dapat berapa tetes air mata yang keluar.

Semua bukan soal kenangan, namun soal perasaan yang sempat aku usahankan kubur begitu dalam, dan kembali setelah aku sadar bahwa aku memang masih belum mampu menghapusmu. Butuh waktu kataku dan tak mungkin lagi, mungkin pikirmu. Tenang, setiap aku menyadari hal ini, aku hanya akan melihatmu dari sini. Mendorongmu agar dapat melangkah maju agar suatu hari akan kita kenakan toga kebanggaan bersamaan. Jelas bibirku berdusta ketika berkata melihatmu bahagia dengan lainnya, namun sadarilah aku tak akan pernah menuntutmu untuk kembali. Carilah bahagiamu dan aku akan melihat bahagiaku disitu. 

Malam tak pernah menghapuskan segalanya, Surya. Beberapa bulan silam kita masih merangkai mimpi dan cerita. Kini semua telah berbeda. Kala aku dapat mengulang semua kembali, yakini aku tak akan melepasmu lagi. Sadarku akan cinta yang tak sempurna. Ada senyumku dibalik pagi aku menyapamu, meski aku tau bagimu aku tak berarti. Saat kau ingin sebuah dorongan datanglah padaku, saat kau dapatkan kebahagiaan cukup ceritakan padaku, aku pasti akan memberi senyum ku untuk bahagiamu. 


Senyumku untukmu, Surya

Jumat, 01 Juni 2012

datang dan kembalilah pulang


Kapan kamu akan pulang? Mentari selalu datang di pagi hari, aku suka pagi karenamu malam. Datang dan kembalilah pulang...


Aku memandangmu dari kejauhan. Titik dimana aku tak bisa menyentuhmu hanya mampu tersenyum padamu. Aku suka pagi, dimana aku dapat menemukan pengharapanmu.  Aku dapat bernafas dengan udara segar dan menemukanmu merindukan ku disana. Celah-celah rindu menggeliat dan melihat ada aku disini. menunggu wajahmu berpaling dariku.

 Aku benci malam, dimana aromamu masuk dalam pikiran. Keluar tanpa permisi, aku merindukanmu tanpa kau tau. Kamu tak akan pernah memahami bagaimana aku menahan rindu, menahan rasa yang memanggil dan meminta kamu mengerti. Ada yang berbeda kini, kamu tak akan tau siapa subjek dalam pikiranku, karena aku mulai pintar menyembunyikannya dalam sela-sela statusku dan dirimu. Aku mulai bisa menutupi api cemburu yang masuk hingga ubun-ubun. Aku tak mau kamu tau, karena bagiku aku kamu tak perlu tau. Rasa ini tak enak, aku benci merasakannya lagi. Tapi kenyataannya aku cemburu, ya cemburu. Semestinya aku memahami, betapa kamu tak akan berada dalam pelukanku lagi, percuma aku memiliki cemburu yang datang tanpa permisi, nyatanya aku tak mampu ungkapankan ini padamu. Aku juga tak mengerti mengapa tak mudah katakan aku masih memiliki api cemburu dan menyayangimu seperti dirinya kala itu. Ya, aku merindumu, memangggilmu setiap malam dalam pikiran. Kapan kamu akan pulang? Mentari selalu datang di pagi hari, aku suka pagi karenamu malam. Datang dan kembalilah pulang.