Senin, 11 Maret 2013

Entah surat apa aku menyebutnya ...

Sesaat lalu aku menulis surat dalam debaran cinta baru saat hati ini berhasil memenuhi otak dengan aroma manisnya. Tersenyum, tertawa, bahagia. Namun, sesaat setelahnya seperti pada umumnya kerikil mulai menampakkan batang hidungnya. Tak ada yang menginginkan jika segalanya mesti berakhir. Tak ada yang mau jika segala kenangan singkat untuk dikenang. Ada hati yang enggan melepas pergi, namun ada satu hati lagi yang mungkin terlanjur perih untuk memahami

Untukmu sang pujaan. Jika ragamu dan hatimu telah lelah berjuang, tak ada yang harus dipertahankan. Sebelah sayap akan kukembalikan. Sebuah senyuman akan kuberikan

Ada hati yang tak ingin secepat ini kamu pergi. Namun, jika hati mu menginginkannya, pergilah dan bebaskan hatimu untuk sosok yang jauh lebih mengerti dirimu..

Segenap cinta
Untukmu, sang pujaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar